Blog
Ramadhan dan Produktivitas Amal Shaleh
- Juni 21, 2014
- Posted by: LAZNas Chevron
- Category: Konsultasi Syariah

Allah Swt telah menetapkan Ramadhan sebaik-baik bulan dalam hitungan-Nya. Ramadhan menjadi bulan yang mulia karena Allah telah memuliakannya. Di antaranya bahwa Ramadhan adalah bulan produktivitas amal shaleh. Umat Islam dengan mudah meningkatkan spirit keIslaman dan menghasilkan amal-amal baik (shaleh) pada bulan penuh ampunan ini. Allah Swt juga telah menyediakan perangkat-perangkat kemudahan dalam mengoptimalkan produktivitas amal shaleh. Tentunya anugerah tersebut tidak wujud pada bulan-bulan di luar Ramadhan.
Perangkat-perangkat kemudahan tersebut adalah: Pertama, Allah membuka pintu surga selebar-lebarnya dan menutup pintu neraka serapat-rapatnya. Kedua, Allah membelenggu para syetan. Ketiga, Allah menyediakan pintu khusus di surga untuk orang-orang berpuasa, yaitu pintu al-Rayyan. Keempat, amal ibadah seorang hamba pada bulan Ramadhan akan dilipatgandakan. Kelima, puasa akan memberikan syafa’at kelak pada hari Kiamat. Keenam, terdapat malam Lailatul Qadar (malam kemuliaan) lebih baik dari 1000 bulan. Ketujuh, Al-Quran diturunkan pada bulan Ramadhan.
Perangkat-perangkat di atas menunjukkan keagungan Ramadhan. Mereka yang menyadari akan hal ini, pernah berangan-angan agar seluruh bulan sebaiknya Ramadhan, namun Allah Swt telah menetapkan bahwa Ramadhan hanya salah satu bulan dari dua belas bulan dalam ketetapan-Nya. Sehingga mereka senantiasa bersungguh-sungguh, fokus, berkompetisi menggapai kebaikan-kebaikan Ramadhan yang hadir hanya satu kali dalam setahun.
Allah Swt menjadikan Ramadhan tidak menjemukan, karena Ramadhan dihiasi dengan beragam amal shaleh. Seperti puasa, sahur, , shalat wajib, tilawah al-Quran, shalat-shalat sunnah dan rawatib, dzikir, belajar, saling nasehat-menasehati, Zakat Infak Sedekah dan Wakaf (ZISWAF), taraweh, tadarusan, tahajjud, i’tikaf dan ibadah-ibadah lainnya.
Ibadah-ibadah di atas hendaklah dilaksanakan dengan niat yang ikhlas karena Allah Swt serta sesuai dengan syariat Islam. Sudah saatnya umat Islam menyikapi masalah perbedaan furu’iyyat (cabang) dalam ibadah-ibadah Ramadhan dengan penyikapan yang bijak. Perbedaan furu’iyyat (cabang) adalah perbedaan umat dalam masalah tata cara pelaksanaan ibadah-ibadah mahdhah. Misalnya perbedaan umat mengenai qunut dalam shalat subuh, bilangan rakaat shalat taraweh, dll.
Perbedaan-perbedaan (ikhtilaf) tata cara pelaksanaan ibadah pada prinsipnya pasti terjadi. Namun dalam prinsip perbedaan juga bahwa perbedaan dalam masalah furu’ (cabang) tidak boleh memecah belah persaudaraan Islam (ukhuwwah Islamiyyah) dan perbedaan dalam pelaksanaan furu’iyyat adalah rahmat dimana para mukallaf mendapat keleluasaan dalam cara pelaksanaan ibadah. Sehingga perbedaan penyikapan masalah furu’iyyat tidak menjadi penghalang dalam mengoptimalkan produktivitas amal shaleh.
Menuju peningkatan produktivitas amal shaleh pada bulan Ramadhan, ditopang juga dengan manajemen spiritual yang baik, manajemen mental yang baik, manajemen intelektual yang mencukupi, manajemen kesehatan fisik dan manajemen keuangan yang rapi.
Allah Swt menyeruh kaum muslimin agar berkreasi dan berinovasi pada bulan Ramadhan. Ramadhan membuka seluas-luasnya pintu-pintu kebaikan. Ummat Islam dipersilahkan untuk memasuki pintu-pintu kebaikan itu secara maksimal. Jika demikian, Ramadhan bukan sebagai penghalang seorang muslim untuk bekerja dan berkarya. Tidak tepat jika Ramadhan sebagai penghambat kemajuan dan kesuksesan profesi. Rekaman sejarah Islam masa lalu menunjukkan kondisi riil yang menguatkan pernyataan tersebut. Sejarah telah membuktikan bahwa Ramadhan bulan penuh pergerakan dan kejayaan. Seperti kemenangan tentara muslim pada perang Badar al-Kubra (2 H), Fathu Mekah (8 H), pembebasan bumi Paletina oleh Shalahuddin Al-Ayyubi, perang Ain Jalut (1260 M) yang mampu menaklukkan tentara Mongol, penaklukan Andalusia oleh pahlawan Tariq bin Ziyaad, kemerdekaan Indonesia, semuanya itu terjadi pada bulan Ramadhan. Maka sangat ironis jika Ramadhan kali ini disikapi secara pesimis dan bermalas-malasan.
Target peningkatan amal shaleh adalah kesinambungan ibadah, baik ibadah di bulan Ramadhan maupun di luar bulan Ramadhan. Hal ini menekankan bahwa ibadah itu bukan hanya pada bulan Ramadhan saja. Tuntutan iman dan takwa adalah sepanjang masa.
Inilah diantara fenomena beragama yang biasanya terjadi di negara kita. Dimana kebaikan-kebaikan Ramadhan akan berakhir dengan berakhirnya Ramadhan. Ramadhan diklaim sebagai sebuah tradisi dan musim. Implikasinya ibadah sebagian umat pun ada yang musiman. Paradigma berfikir semacam ini semestinya direvolusi dengan menyadari bahwa tuntutan beriman dan berislam adalah sepanjang masa, tidak mengenal batas waktu, tempat dan situasi. Tepatlah apa yang diungkapkan al-Qaradhawi agar kita senantiasa menjadi muslim rabbaniyy bukan muslim Ramadhan.
Semoga didikan Ramadhan tahun ini memberikan pengaruh signifikan bagi perbaikan kondisi umat. Akar permasalahan negara kita adalah dekadensi karakter anak bangsa yang bekerja pada lini-lini kehidupan. Jika akar permasalahan itu ditemukan solusinya di Ramadhan tahun ini, seterusnya mampu diimplementasikan secara merata dan penuh tanggungjawab, maka InsyaAllah bangsa ini dapat menjadi bangsa yang baik, bermartabat serta mendapat ampunan dari Allah Swt. Wallahu a’lam.
H. J. Ardan Mardan, Lc., M.A, M.M
Pengawas Syariah LAZNas Chevron Indonesia