Blog
Gizi Buruk Ancam Masa Depan Anak
- Desember 4, 2013
- Posted by: LAZNas Chevron
- Category: Kesehatan
Supriyadi (1,6 tahun) balita asal Desa Kalasan RT13/14, Kecamatan KasemenKota Serang pada awal Maret lalu akhirnya meninggal dunia di rumahnya setelah sempatselama tiga pekan dirawat di RSUD Serang karena menderita gizi buruk.Sarmawi (35 th), orang tua anak balita tersebut mengatakan, bayinya hanya memiliki berat badan empat kilogram dari berat ideal pada bayi seusianya yaitu enam kilogram dan Suriyadi selama tiga pekan menderita berbagai penyakit yang disebabkan kondisi gizi buruk.Supriyadi mengidap berbagai penyakit, antara lain demam tinggi, jantung, liver, dan muntah-muntah. Bahkan selama dalam perawatan di rumah sakit, anak itu tidak maumakan dan minum susu, kata Samawi.
Kasus balita yang meninggal karena kekurangan gizi senantiasa menjadi pemberitaan media massa, karena mampu mengundang perhatian dan kepedulian masyarakat luas terhadap kondisi ironis yang menimpa anak-anak penderita gizi buruk di zaman modern seperti sekarang ini. Apalagi kasus kematian balita dan anak-anak tersebut terjadi di daerah-daerah yang jaraknya tidak jauh dari ibukota kabupaten, provinsi dan ibukota negara.
Sarmawi hanya salah satu potret dari ribuan orang tua dengan balita penderita gizi burukyang berada di pelosok Tanah Air dan juga wilayah-wilayah lain di dunia khususnya dinegara-negara berkembang, seperti Filipina, Srilanka.
Malnultrisi telah mengancam kesehatan dan kesejahteraan dan masa depan banyak anak-anak di negara berkembang, termasuk di Indonesia. Menurut data nasional, terdapat 18,4 persen anak-anak di bawah usia lima tahun yang mengalami kekurangan berat badan dengan angka pertumbuhan di bawah normal (stunting) sebesar 36,8 persen yangmerupakan indikator adanya kekurangan nutrisi yang kronis.
Malnultrisi pada anak erat kaitannya dengan kemiskinan dan kebodohan serta adanya faktor budaya yang mempengaruhi pemberian makanan tertentu meski belum layak di konsumsi diusianya. Banyaknya anak-anak penderita kekurangan gizi dan gizi buruk di sejumlah wilayah di Tanah Air disebabkan ketidak tahuan orang tua akan pentingnya gizi seimbang bagi anak-anak mereka karena umumnya pendidikan rendah dari orang tua serta faktor kemiskinan.Sementara faktor budaya juga turut andil melalui kebiasaan turun-temurun untukmemberikan nasi lembek dan buah pisang yang dilembutkan kepada bayi-bayi masihberusia di bawah empat bulan untuk alasan agar anak menjadi cepat besar.Bahkan, karena alasan kemiskinan maka banyak anak balita yang sehari-harimengkonsumsi makanan yang sama dengan makanan orang tua mereka dan makanandengan lauk kerupuk atau jenis makanan ringan yang memiliki bahan perasa sangat kuat.
LAZNas Chevron Duri Berkithmad
@Desember 2013